Mohon maaf sebelumnya, beribu maaf, Mungkin ucapan maaf saya
ini masih belum cukup diterima oleh mayoritas masyarakat Indonesia secara umum.
Saya yang notabene hanya pecinta sepakbola biasa secara tegas dan lugas berkata
bahwa Indonesia terlalu memaksakan sepakbola Indonesia telah berprestasi.
“Kenapa lo bilang begitu? Indonesia u19 berhasil menjadi
yang terbaik se-ASEAN, bahkan yang terbaru kita berhasil menjadi juara grup
mengalahkan korsel dan lolos ke Piala Asia u19 tahun depan. Itu udah
prestasi,bro. Emang lo siapa? Lo bisa kasih apa buat bangsa ini? Berani-beraninya
ngasal nyebut. Mana nasionalisme lo?” Ya, begitulah kira-kira ungkapan
masyarakat secara umum begitu melihat judul tulisan saya ini.
Apa yang ditujukan kepada saya sangatlah benar. Sepakbola
Indonesia memang tengah bangkit dan berprestasi. Dua dekade lebih dahaga gelar
Timnas di level Internasional telah dipuaskan usai Timnas u19 berhasil
menjuarai AFF Cup U19 2013 pada medio September lalu. Tetapi, marilah kita
semua melihat hal ini dari sisi lain.
Mengapa kita sangat menggembar-gemborkan Timnas Muda kita?
Mengapa Timnas senior dianaktirikan? Kita semua tahu prestasi u19 tidak ada “apa-apanya’’
di mata Internasional. Sebagai contoh siapa yang tahu kapten Timnas Italia u19
saat ini? Mungkin hanya sedikit sekali yang tahu. Tetapi jika Timnas Senior,
hampir semua tahu siapa kapten Italia,dia adalah Gianluigi Buffon.
Kemudian, pemberitaan soal Timnas u19 juga sangatlah
“berlebihan”, di negara lain timnas muda mereka tidak terlalu
digembar-gemborkan seperti di tanah air kita ini. Apakah saking miskin
prestasinya sepakbola bangsa ini, lalu kesuksesan “kecil” Timnas u19 begitu
dielu-elukan masyarakat bangsa ini? Saya tidak skeptis tetapi saya menulis
dengan objektif. Mengapa saya katakan demikian? Kesuksesan Timnas u19 baru
mencakup Asia Tenggara dan selalu tampil di rumah sendiri. Bolehlah sedikit digembar-gemborkan
jika telah berhasil merajai regional yang lebih luas seperti Asia dan dunia.
Bukannya saya tidak suka dengan Timnas u19, saya sebagai
anak bangsa jelas bangga akan prestasi Evan Dimas dkk., namun, di usia yang
muda ini janganlah terlalu dibesar-besarkan karena akan memungkinkan mereka
menjadi takabur dan akan lenyap bak ditelan bumi seperti banyak calon pemain
bintang yang sudah sudah. Biarkan mereka terus berprestasi dan berkonsentrasi
penuh untuk karir mereka yang masih panjang tanpa publikasi yang berlebihan.
Lantas, bagaimana dengan Timnas senior kita? Menjelang
kualifikasi Piala Asia senior menghadapi China, Firman Utina dkk. Malah tidak
mendapatkan lawan tanding. Berkali-kali lawan yang dijadwalkan berturut-turut
batal mulai dari Mali, Myanmar hingga Timor Leste semuanya batal, bandingkan
dengan negara lain seperti Thailand yang Timnas seniornya terus melakukan latih
tanding dan terus dipedulikan. Hal ini tentu sangat miris dibandingkan timnas
u19. Timnas senior yang jelas lebih “menjual” di mata dunia malah
dianaktirikan. Jelas hal ini menimbulkan kontradiktif.
Ya, janganlah kita memaksakan diri sudah mendapatkan
prestasi yang mumpuni, perjalanan masih panjang dan tentunya Timnas
di tiap level harus diperhatikan dan jelas ini merupakan PR berat bagi PSSI.
Namun dengan kerja keras dan kepedulian yang merata dari PSSI maupun masyarakat
Indonesia di tiap level Timnas, saya yakin Indonesia bisa mencetak prestasi
yang benar-benar merupakan “prestasi” bukan sekedar memaksakan diri telah
berprestasi.
Akhir kata, percayalah bahwa apa yang saya tulis ini bukan
berarti saya tidak mendukung Sepakbola nasional, tetapi ini semua demi
sepakbola Indonesia ke depannya. Bravo Indonesia! Garuda selalu di Dadaku!
No comments:
Post a Comment