Thursday, 12 June 2014

Kala Sepakbola Indonesia Memaksakan Prestasi



Mohon maaf sebelumnya, beribu maaf, Mungkin ucapan maaf saya ini masih belum cukup diterima oleh mayoritas masyarakat Indonesia secara umum. Saya yang notabene hanya pecinta sepakbola biasa secara tegas dan lugas berkata bahwa Indonesia terlalu memaksakan sepakbola Indonesia telah berprestasi. 

“Kenapa lo bilang begitu? Indonesia u19 berhasil menjadi yang terbaik se-ASEAN, bahkan yang terbaru kita berhasil menjadi juara grup mengalahkan korsel dan lolos ke Piala Asia u19 tahun depan. Itu udah prestasi,bro. Emang lo siapa? Lo bisa kasih apa buat bangsa ini? Berani-beraninya ngasal nyebut. Mana nasionalisme lo?” Ya, begitulah kira-kira ungkapan masyarakat secara umum begitu melihat judul tulisan saya ini.

Apa yang ditujukan kepada saya sangatlah benar. Sepakbola Indonesia memang tengah bangkit dan berprestasi. Dua dekade lebih dahaga gelar Timnas di level Internasional telah dipuaskan usai Timnas u19 berhasil menjuarai AFF Cup U19 2013 pada medio September lalu. Tetapi, marilah kita semua melihat hal ini dari sisi lain.

Mengapa kita sangat menggembar-gemborkan Timnas Muda kita? Mengapa Timnas senior dianaktirikan? Kita semua tahu prestasi u19 tidak ada “apa-apanya’’ di mata Internasional. Sebagai contoh siapa yang tahu kapten Timnas Italia u19 saat ini? Mungkin hanya sedikit sekali yang tahu. Tetapi jika Timnas Senior, hampir semua tahu siapa kapten Italia,dia adalah Gianluigi Buffon.

Kemudian, pemberitaan soal Timnas u19 juga sangatlah “berlebihan”, di negara lain timnas muda mereka tidak terlalu digembar-gemborkan seperti di tanah air kita ini. Apakah saking miskin prestasinya sepakbola bangsa ini, lalu kesuksesan “kecil” Timnas u19 begitu dielu-elukan masyarakat bangsa ini? Saya tidak skeptis tetapi saya menulis dengan objektif. Mengapa saya katakan demikian? Kesuksesan Timnas u19 baru mencakup Asia Tenggara dan selalu tampil di rumah sendiri. Bolehlah sedikit digembar-gemborkan jika telah berhasil merajai regional yang lebih luas seperti Asia dan dunia.

Bukannya saya tidak suka dengan Timnas u19, saya sebagai anak bangsa jelas bangga akan prestasi Evan Dimas dkk., namun, di usia yang muda ini janganlah terlalu dibesar-besarkan karena akan memungkinkan mereka menjadi takabur dan akan lenyap bak ditelan bumi seperti banyak calon pemain bintang yang sudah sudah. Biarkan mereka terus berprestasi dan berkonsentrasi penuh untuk karir mereka yang masih panjang tanpa publikasi yang berlebihan. 

Lantas, bagaimana dengan Timnas senior kita? Menjelang kualifikasi Piala Asia senior menghadapi China, Firman Utina dkk. Malah tidak mendapatkan lawan tanding. Berkali-kali lawan yang dijadwalkan berturut-turut batal mulai dari Mali, Myanmar hingga Timor Leste semuanya batal, bandingkan dengan negara lain seperti Thailand yang Timnas seniornya terus melakukan latih tanding dan terus dipedulikan. Hal ini tentu sangat miris dibandingkan timnas u19. Timnas senior yang jelas lebih “menjual” di mata dunia malah dianaktirikan. Jelas hal ini menimbulkan kontradiktif.

Ya, janganlah kita memaksakan diri sudah mendapatkan prestasi yang  mumpuni,  perjalanan masih panjang dan tentunya Timnas di tiap level harus diperhatikan dan jelas ini merupakan PR berat bagi PSSI. Namun dengan kerja keras dan kepedulian yang merata dari PSSI maupun masyarakat Indonesia di tiap level Timnas, saya yakin Indonesia bisa mencetak prestasi yang benar-benar merupakan “prestasi” bukan sekedar memaksakan diri telah berprestasi.

Akhir kata, percayalah bahwa apa yang saya tulis ini bukan berarti saya tidak mendukung Sepakbola nasional, tetapi ini semua demi sepakbola Indonesia ke depannya. Bravo Indonesia! Garuda selalu di Dadaku!

No comments:

Post a Comment